Ardani Finance...menyiapkan fasilitas kredit untuk menbantu mewujudkan impian anda menjadi nyata hari ini juga tanpa menunggu esok...

Kamis, 13 November 2014

Remunerasi Mahkamah Agung Tahun 2014

Kenaikan Tunjangan Kinerja MA – Badan Peradilan

Selain pegawai negeri MA yang memegang jabatan struktural, kenaikan tunjangan kinerja yang cukup tinggi juga dinikmati pegawai negeri di badan peradilan.Sebagai contoh pegawai dengan jabatan Panitera Pengganti Pengadilan Kelas I B dan Kelas II Pengadilan Negeri, Agama, Militer & TUN yang awalnya Rp. 1.736.000,- setelah adanya penyesuaian tunjangan kinerja menjadi Rp. 5.461.000 atau naik 215% (dua kali lipat lebih). Demikian pula Wapan/Wasek/Ka Taud Pengadilan Kelas I A Khusus & Kelas I A Pengadilan Negeri, Agama, Militer & TUN, semula Rp 2.960.000 menjadi Rp 9.569.000 (naik 223%).

Daftar Tunjangan Kinerja MA – Badan Peradilan


Peradilan 1Peradilan 2
Peradilan 3
remunerasi peradilan
  • Daftar Tunjangan Kinerja MA – Jabatan Struktural
  • Daftar Tunjangan Kinerja MA – Jabatan Fungsional

Kenaikan Tunjangan Kinerja MA – Jabatan Fungsional

Pegawai Negeri di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya yang menduduki jabatan fungsional dalam peraturan tunjangan kinerja MA terbaru, penentuan job grade-nya lebih jelas dibandingkan peraturan Ketua MA No 70 Tahun 2008.
Dalam peraturan tersebut jabatan fungsional hanya dibedakan berdasarkan jenjang fungsionalnya seperti Fungsional Utama, Madya an seterusnya. Namun dalam KMA no 128 Tahun 2014, selain jenjang fungsional juga memperhatikan jenis jabatannya sesuai beban kerja.
Namun yang paling penting tunjangan kinerja naik, sebagai contoh jabatan fungsional Pertama (Widyaiswara, Dokter Umum/Dokter Gigi,
Auditor) besaran tunjangan Rp 6.501.000, naik 55% dari sebelumnya Rp4.200.000. Namun secara umum persentase kenaikan tunjangan kinerja pejabat fungsional relatif lebih kecil dibandingkan pejabat struktural dan pegawai peradilan.

Tunjangan Kinerja MA – Jabatan Fungsional


Fungsional

Rabu, 05 November 2014

HAKIKAT RUH MANUSIA


  • Dlm diri manusia yg tlh disempurnakan Allah sbg manusia sejati (insan kamil) terdapat sedikit ‘unsur yg sgt mulia’, iaitu yg dibahasakan dalam Al-Qur’an sbg ‘Rohul Quds’. Ruhul Quds bukanlah Malaikat Jibril a.s., Jibril disebut sebagai Rohul Amin, bukan Roh Al-Quds. Roh Al-Quds juga dikenal dengan sebutan Roh min Amr, atau Roh dari Amr Allah (Amr = urusan, tanggung jawab). Dlm agama saudara2 dari nasrani, disebut Roh Kudus.

    Roh-Nya atau Rohul Quds ini bukan dalam pengertian bahawa Allah memiliki roh yg menghidupkan-Nya seperti kita. Roh ini merupakan roh ciptaan-Nya, sebagaimana roh yg menjadikan diri kita hidup sekarang, namun dlm martabat tertingginya, dlm tingkatannya yg paling agung dan paling dekat kpd Allah.

    Setiap ciptaan memiliki roh. Manusia (roh insani), tanaman (roh nabati), haiwan (roh haiwani), bahkan benda mati pun memilikinya. Atom2 dlm benda mati sebenarnya ‘hidup’ dan terus berputar, dan roh bendawi inilah yg menjadikannya ‘hidup’. Kerana itu pula, benda, tumbuhan, haiwan, bahkan anggota tubuh kita kelak akan bersaksi mengenai perbuatan kita di dunia ini. Namun demikian, roh2 ini bukanlah roh dlm martabat tertingginya seperti Roh Al-Quds.

    Ketika Allah berkehendak utk memperlengkapi diri seorang manusia dgn Roh Al-Quds, maka inilah yg menyebabkan manusia dikatakan lebih mulia dari makhluk manapun juga.

    Perhatikan juga kata ‘Roh-Ku’ dalam Surah Shaad : 72, yg ditiupkan pada diri Adam saat penciptaannya :

    “Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya roh-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.” [QS. Shaad : 72]

    Sedikit ‘roh’-Nya itu hanya diturunkan Allah pada manusia yg telah ‘disempurnakan-Nya’, yg diizinkan-Nya utk mencapai darjat manusia yg sempurna (insan kamil) saja dan tidak pada semua manusia.

    Pada Adam a.s. dan Isa Ibn Maryam, dua manusia yg diciptakan-Nya langsung dgn ‘tangan-Nya’ tanpa melalui proses pembuahan, Roh ilahiyah ‘penyempurna’ ini langsung ‘tertularkan’ ketika mereka diciptakan. Kerana itulah, dlm proses penciptaan Adam a.s., setelah ditiupkannya Roh-Nya, para Malaikat pun sujud kepada Beliau. Sedangkan pada kita manusia biasa yg tercipta melalui proses alamiah atas kehendak-Nya, juga diberikan perangkat utk memperolehnya (tepatnya perangkat untuk ‘membuat’ Allah berkenan dan ‘percaya’ utk menurunkannya pada kita), iaitu QALB, syariat dzohir dan syariat batin.

    Dgn demikian, bagi manusia yg belum memiliki ‘unsur’ ini dlm dirinya, sgt wajar jika Malaikat tidak akan tunduk padanya, dan dia memang belum layak utk ‘disujudi’. Contoh : jika kita skrg memerintahkan pada Malaikat di samping kita utk menampakkan dirinya, apakah mereka akan tunduk pada perintah kita itu?

    Mengapa para Malaikat tunduk pada para Nabi dan orang2 suci? Kerana melalui proses perjuangan penyucian qalb dan diri mereka masing2, Allah berkenan menganugerahkan Roh-Nya tadi kpd orang2 itu. Bezanya dgn Adam a.s. dan Isa Ibn Maryam, mereka ‘tertular’ Roh-Nya sejak lahir, kerana diciptakan langsung dgn ‘tangan Allah’; sedangkan manusia selain mereka, utk dpt dianugerahi Roh Al-Quds, harus melalui perjuangan diri. Mereka harus membuktikan pada Allah bahawa mereka layak utk dianugerahi ‘unsur’ yg paling agung yg boleh didapatkan oleh makhluk ke dlm jiwanya.

    Di sisi lain, ada beberapa Malaikat yg tidak tunduk kpd mereka yg memiliki Roh Al-Quds, namun memposisikan dirinya sejajar dgn para Insan Kamil. Mengapa? Kerana beberapa Malaikat ini juga dianugerahi Roh Al-Quds oleh Allah. Sebagaimana manusia, tidak semua Malaikat memiliki Roh Al-Quds. Dari para Malaikat yg memilikinya, di antaranya adalah para Malaikat Utama : Jibril a.s., Mikail a.s., Izrail a.s. dan Israfil a.s. Kedudukan mereka di antara para Malaikat lebih kurang sama spt kedudukan para Nabi di antara manusia.

    “Rasul-rasul (rasul : pembawa risalah) itu Kami lebihkan sebahagian mereka di atas sebagian yg lain. Di antara mereka ada yg Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebahagiannya Allah meninggikannya beberapa darjat. Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dia dengan Rohul Quds.” [QS. Al-Baqarah : 253]

    Jadi kurang tepat jika kita mengatakan dgn terlalu mudah bahawa manusia, atau kita, adalah makhluk yg paling mulia di alam semesta. Manusia baru menjadi makhluk yg paling mulia jika telah diperangkati Allah dengan ‘unsur’ ini. Jika belum diperangkati dgn unsur ini, bahkan kedudukan manusia boleh lebih rendah dari haiwan ternak [lihat QS. Al-Furqaan : 44] 

  • Roh Al-Quds inilah yg membawa penjelasan kemisian seseorang, utk apa seseorang diciptakan Allah, secara spesifik orang-per-orang. Dgn kehadiran Roh Al-Quds, seseorang menjadi mengerti misi hidupnya sendiri. Mereka2 yg telah dianugerahi Roh Al-Quds inilah yg disebut sebagai ‘ma’rifat’, dan telah mengenal diri sepenuhnya.

    “Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu,” kata Rasulullah. Barangsiapa yg mengenal dirinya, maka ia mengenal Rabb-nya. Dgn kehadiran Roh Al-Quds ke dlm jiwanya, seseorang menjadi mengenal dirinya, mengerti kemisian dirinya, dan mengenal Rabb-nya melalui kehadiran Roh-Nya itu.

    Dgn mengenal dirinya secara sejati, maka mulailah seseorang beragama secara sejati pula. “Awaluddiina ma’rifatullah,” - Awalnya ad-diin (agama) adalah ma’rifatullah (mengenal Alah). Jadi berbeza dgn pengertian awam bahawa mencapai ma’rifat adalah tujuan beragama, justeru sebaliknya : ma’rifat adalah awalnya beragama, ber-diin dengan sejati.

    Inilah ‘triniti’ yg dikembalikan oleh Qur’an kpd haqiqatnya semula : Allah, Roh Al-Quds, dan jasad Insan Kamil. Pengertian triniti ini, seiring dgn berjalannya waktu dan jauhnya aliran doktrin dari mata-airnya, perlahan berubah menjadi sesuatu yang abstrak : tiga tetapi satu dan satu tetapi tiga. Namun Rasulullah melaui Qur’an, secara halus mengembalikan khazanah tritunggal ini kpd esensinya : bukan dzatnya yg satu sekaligus tiga, tetapi sebenarnya yg terjadi adalah Allah dan Insan Kamil, melalui kehadiran Roh Al-Quds, telah sepenuhnya selaras dan menjadi satu kehendak. Apa pun perbuatan, perilaku dan kehendak seorang Insan Kamil akan sepenuhnya sesuai dgn kehendak Allah. Sedangkan Allah-nya sendiri, sebagai dzat, tetap hanya satu. Inilah yang dikembalikan : Allah itu satu, tidak memiliki anak, dan anggota sistem ke-tiga-an itu terpisah, baik secara haqiqat mahu pun dzat. Wujudnya satu, bukan tiga!

    Siapa Insan Kamil itu? Mereka adalah semua org yg telah dianugerahi Allah Roh Al-Quds ke dlm jiwanya. Semua Nabi dan Rasul, termasuk Isa Ibn Maryam, dan para orang suci (Wali) yang bermaqam rahmaniyah dan rabbaniyah, adalah Insan Kamil.

    Ada sebuah hadis dari Rasulullah, ketika Umar melihat dajjal dan bermaksud membunuhnya, Rasulullah mencegah beliau. Rasulullah mengatakan, Umar tidak akan mampu membunuhnya. Yg akan menghadapi dajjal kelak adalah Isa Ibn Maryam di akhir zaman. Kenapa Isa Ibn Maryam, bukan Umar atau bahkan bukan Rasulullah? Kerana, walau pun semua org yg telah dianugerahi Roh Al-Quds tidak boleh lagi disentuh iblis, hanya Isa Ibn Maryam-lah satu2nya org yg oleh Allah diberi kehormatan sebagai manusia yg memiliki Roh Al-Quds sejak hari kelahirannya, bahkan sejak dlm kandungan. Kenapa bukan Adam a.s.? Kerana Adam a.s. tidak pernah dilahirkan. Beliau ‘diciptakan’, dijadikan. Menghadapi dajjal adalah haq Isa Ibn Maryam.

    “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kpd mu dan kpd ibumu ketika Aku menguatkan kamu dgn Rohul Quds, kamu dapat berbicara dgn manusia ketika masih dlm buaian dan ketika dewasa…” [QS. Al-Maaidah : 110]

    Kembali ke persoalan sebelumnya,

    “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan mereka yang kafir”. [QS. Al-Baqarah : 34]

    Sujudnya Malaikat kpd Adam, kerana dlm diri manusia yang telah disempurnakan-Nya (Insan Kamil) ada yg disebut ‘Roh-Ku’ dlm Surah Shaad : 72 tadi. Malaikat —bukan— sujud kpd sifat jasadiyahnya Adam. Malaikat akan sujud kpd siapa pun yg dlm dirinya ada pantulan ‘citra’ Allah (yg jelas, fokus, dan tidak blur), iaitu dgn kehadiran Roh-Nya (Roh Al-Quds) dlm jiwa seseorang. Iblis tidak mampu melihat ke dlm inti jiwa manusia tempat Roh Al-Quds disematkan Allah, maka ia melihat Adam tidak lebih dlm dari sekadar tanah yg digunakan sebagai bahan jasadnya, sehingga ia enggan bersujud (perhatikan kata yang dipakai dalam ayat tersebut : ‘kafir’ : tertutup, tidak mampu melihat kebenaran).

    Kembali pada ayat:

    “Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya roh-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.” [QS. Shaad : 72]

    Jgn ’sujud’ kepada siapa pun yg belum dianugerahi Allah ‘Roh-Nya’ ke dlm dirinya. Allah hanya memerintahkan ’sujud’ kpd mereka yg telah disempurnakan-Nya, dan telah dianugerahi Roh Al-Quds kpd dirinya.