Bersyukurlah bahwa kita tidak memiliki segala sesuatu yang kita inginkan,
karena jika sudah memiliki semuanya, apalagi yang kita inginkan?
.
Bersyukurlah jika kita tidak mengetahui banyak hal,
karena itu kesempatan untuk terus belajar dan menggali ilmu dan kebesaran-Nya..
.
Bersyukurlah untuk segala keterbatasan yang kita miliki,
karena itu memberikan peluang untuk terus mengembangkan diri..
.
Bersyukurlah untuk setiap tantangan yang kita hadapi,
karena itu memperkuat mental serta membangun karakter seorang juara sejati..
.
Dan bersyukurlah.. karena itulah kunci kebahagiaan sesungguhnya…
.
.
Dalam
pemikiran sederhana saya, kehidupan yang kita jalani di dunia ini
sesungguhya adalah pergantian antara saat untuk bersyukur dan saat untuk
bersabar. Karena kehidupan manusia itu kan seperti roda yang berputar,
terkadang berada di atas (kaya raya, terkenal, popular, banyak teman,
juara lomba ini itu, jabatan tinggi, harta berlimpah, memiliki
kekuasaan, dst) dan juga harus diingat bahwa suatu saat nanti roda itu
akan berputar ke bawah dan kita harus siap untuk menerima apapun
kemungkinan buruk yang akan terjadi (kemiskinan, kekalahan, fitnah,
hilangnya jabatan dan kekuasaan, dst). Dan yang dimaksud dengan
pergantian antara bersyukur dan bersabar itu ya saat kita mendapat
nikmat dan kesenangan, disitulah waktunya kita bersyukur, dan di saat
kita menerima ujian dan cobaan, di situlah waktunya untuk bersabar.
.
Tapi
menariknya, kalau kata “bersabar” ini diturunkan dan diperlebar lagi
pengertiannya, sebenarnya sabar saat menerima segala ujian dan cobaan
itu kan ya nama lain dari bersyukur. Mengapa kita harus tetap bersyukur
bahkan di saat diberikan ujian dan cobaan?
.
Pertama,
karena ilmu manusia itu terbatas. Maksudnya, saat kita diberikan cobaan
dan ujian, kita melihatnya sebagai hal yang buruk, padahal belum tentu
seperti itu dan mungkin saja akan ada hikmah dan manfaat dari hal
tersebut. Penglihatan manusia hanya sebatas ilmu yang mereka miliki,
tidak lebih. Sementara yang namanya ilmu pengetahuan ini kan seluas
langit dan bumi, bahkan lebih. Jadi mungkin saja dalam pandangan manusia
cobaan yang diterimanya itu buruk, padahal menurut pandangan Allah SWT
itulah yang terbaik, dan begitu juga sebaliknya. Dan Dia-lah yang paling
mengetahui keadaan hamba-hambaNya. Hal ini bukan hanya pemikiran saya
pribadi, tapi nyata telah dijelaskan oleh Allah SWT yang berfirman dalam
Al-Qur’an:
.
“..Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
.
Jadi
misalkan saat kita menerima cobaan tidak lulus ujian masuk di
universitas yang kita inginkan, kita kesal dan dongkol setengah mati
karena merasa sudah habis-habisan belajar dan mempersiapkan diri supaya
diterima di Universitas tersebut. dan pada akhirnya gagal. Padahal kita
tidak tahu bahwa mungkin saja Tuhan punya rencana lain. Dia tidak
menempatkan kita di Universitas A tapi ditempatkan di Universitas B, dan
pada akhirnya justru kita sangat bersinar dan cemerlang disana. Mutiara
akan tetap menjadi mutiara dimanapun dia berada.
.
Hal ini
pernah saya alami. Dulu sewaktu kelulusan dari SMA Insan Cendekia,
target saya adalah kuliah di luar negeri dan dengan mendapat beasiswa
penuh. Ini satu paket yang ga bisa ditawar-tawar lagi karena pertama,
kuliah di luar negeri akan memberikan suatu wawasan yang berbeda dan
mendapatkan lingkungan dan teman-teman yang baru. Yang kedua, beasiswa
penuh karena tidak ingin menyusahkan orang tua lagi. Saya ingin hidup
mandiri dan tidak minta uang lagi, meskipun mungkin orang tua saya akan
memberikan jika saya memintanya. But, I just don’t want.
.
Waktu itu
saya sangat ingin kuliah di Nanyang Technology University (NTU) di
Singapore (Universitas ternama yang selalu masuk daftar 100 Universitas
terbaik versi “QS World University Rangkings”). Tes masuk ke
universitas itu memang tidak mudah dan saya mempersiapkan diri untuk
menghadapi tes tersebut. Singkatnya, hasil dari tes seleksi NTU
menyatakan saya tidak lolos (kata lainnya G-A-G-A-L). Perasaan kecewa,
pasti. Seakan dunia runtuh! (www.lebay.com). Tapi kemudian saya berpikir
bahwa mengalami kegagalan itu biasa, tapi meratapi kegagalan itu yang
ga bener.
.
Akhirnya
saya bangkit lagi karena masih ada satu kesempatan lagi untuk kuliah di
luar negeri dengan beasiswa, yaitu di University of Technology Petronas
(UTP), Malaysia. Masuk sini pun testnya tidak mudah, waktu tahun saya
ada sekitar 1,200 applicants yang mendaftar. Persiapan yang lebih baik
dilakukan untuk mengikuti test ini dan singkatnya Alhamdulillah saya
diterima menjadi salah satu dari 7 orang yang mendapat beasiswa dari
Petronas untuk kuliah disana. Meskipun UTP ini bukan pilihan pertama
saya, tapi saya meyakini bahwa inilah tempat terbaik yang telah
diberikan Tuhan untuk saya, dan tentu saja, saya menerimanya dengan
ikhlas.
.
Poin yang
ingin saya ceritakan di atas adalah, pada awalnya saya sangat kecewa dan
sedih karena niat untuk kuliah di NTU kandas. Tapi pada akhirnya,
sewaktu saya lulus dari UTP tahun lalu, saya sangat sangat sangat
bersyukur dikasih kesempatan untuk kuliah disana dan banyak sekali
manfaat yang saya dapatkan, dan saya berpikir, mungkin semua kesempatan
dan kenikmatan yang saya dapatkan di UTP tidak akan saya peroleh kalau
saja dulu saya kuliah di NTU. Saya betul-betul bersyukur dengan skenario
yang telah ditentukan Allah SWT terhadap diri saya.
.
Ada cerita
lain tentang seorang wanita yang akan pergi jalan-jalan ke Eropa. Pada
hari H, dia bangun kesiangan dan saat sampai di airport, counter check
in sudah ditutup dan pesawat sudah akan berangkat. Dia lalu mendatangi
petugas imigrasi dan marah-marah, namun apa mau dikata, pesawat telah
menjadi bubur, maksudnya sudah akan terbang mengudara. Wanita itu ya
jelas marah karena dia merasa rugi sudah membayar tiket yang cukup mahal
dan puluhan juta berarti hilang begitu saja. Dia pulang ke rumah dengan
perasaan kesal setengah mati. Lalu, beberapa jam kemudian dia mendapati
di berita bahwa pesawat yang seharusnya dia tumpangi tersebut jatuh di
lautan! Seketika juga dia bersujud dan bersyukur karena telatnya dia
bangun dari tidur dan tidak ikut dalam pesawat tersebut. Mungkin akan
lain ceritanya kalo wanita ini tidak telat bangun dan akhirnya ikut ke
dalam pesawat naas tersebut.
.
Selanjutnya,
hal kedua tentang bersyukur saat menghadapi cobaan adalah karena
dimana-mana yang namanya ujian itu kan adalah media untuk kenaikan
tingkat. Di sekolah atau universitas, pasti tiap semester ada yang
namanya ujian kenaikan kelas, ujian semester, try out, UAN, atau apapun
lah namanya, yang pasti tujuannya sama: menjadi media untuk naik kelas
atau naik ke semester berikutnya. Kalau ga ada ujian ya jangan harap mau
naik kelas! Nah sama, adanya cobaan dan ujian yang kita hadapi dalam
hidup ini, itulah yang akan menaikkan tingkatan kita di dalam kehidupan.
Jadi, sudah sepantasnya kita untuk selalu bersyukur baik di kala senang
maupun susah.
.
Terkadang
kita merasa bahwa kita-lah orang yang paling berat cobaannya di muka
bumi ini. Tapi kita lupa, bahwa ternyata jauuuuhhh lebih banyak
orang-orang yang memiliki kehidupan yang tidak seberuntung kita. Contoh
mudahnya ya lihat sekeliling kita aja, masih sangat banyak sekali fakir
miskin di negara kita ini, anak-anak jalanan yang tidak terurus,
orang-orang tua yang tidak memiliki tempat tinggal, dan masih banyak
contoh lainnya. Sebenarnya ya ga usah jauh-jauh, contoh paling mudahnya
lihat diri kita saja yang alhamdulillah masih memiliki anggota badan
lengkap tanpa cacat! full set body complete!
.
Dalam konteks ini Rasulullah bersabda: “Lihatlah
orang yang berada di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang
berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian
untuk tidak memandang rendah nikmat Allah SWT yang dilimpahkan kepada
kalian” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
.
Jadi, saat kita masih mampu berjalan
secara normal dengan dua kaki, bersyukurlah karena banyak orang yang
berjalan harus memakai bantuan tongkat.
Saat kita berjalan harus menggunakan
tongkat, bersyukurlah karena ternyata cukup banyak orang yang tidak
memiliki kaki untuk membuatnya berjalan
Saat kita tidak memiliki kaki,
bersyukurlah karena banyak orang lain yang tidak memiliki kaki, tangan,
dan beberapa anggota badan lainnya secara utuh.
Saat kita tidak memiliki kaki, tangan
dan beberapa anggota badan lainnya secara utuh, tetap bersyukurlah
karena masih ada orang lain yang lumpuh.
Bahkan di saat kita lumpuh dan sudah tidak bisa bergerak sedikitpun, bersyukurlah karena kita masih diizinkan hidup oleh Tuhan..
.
Dan saya pun
sangat mensyukuri kehidupan yang dijalani sekarang ini karena memiliki
orang-orang terbaik dalam hidup ini (keluarga, para guru dan mentor,
sahabat, teman-teman, dst). Saya bersyukur atas semua karunia dan
kenikmatan yang telah Allah SWT berikan dan membuat saya seperti
sekarang ini, dan di sisi lain juga bersyukur atas semua cobaan dan
ujian yang diberikan-Nya, meskipun terkadang terasa berat untuk
menjalaninya. Tapi bukankah Dia Yang Maha Berkuasa telah menyampaikan
dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah [2] : 286) bahwa Dia tidak akan
memberikan cobaan dan ujian yang melebihi kemampuan kita? Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa.. So, nikmati saja segala warna warni perjalanan hidup kita ini dengan penuh syukur..
.
Sekian
tulisan singkat mengenai “Bersyukur part 1”. Nantikan part selanjutnya
dalam beberapa hari (atau minggu) ini, Insya Allah..
.
Selamat berakhir pekan semuanya!
.